SejarahKerajaan Jenggala: Prasasti, Peninggalan, & Silsilah Raja. Namun, di bawah pemerintahan Rakeyan Panaraban, Sunda-Galuh kembali terpecah. Pada 739 M, Panaraban membagi kekuasaan kepada kedua putranya, yaitu Sang Manarah yang berkuasa di Kerajaan Galuh dan Sang Bangga yang mendapatkan singgasana Kerajaan Sunda.
- Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sejarah berdirinya kerajaan ini berawal ketika pada 1525-1526 Sunan Gunung Jati berhasil menguasai Banten. Sejak saat itu, Banten tumbuh menjadi kerajaan Islam dengan pusat pemerintahan terletak di ujung barat Pulau 1552, Banten diserahkan kepada Sultan Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati. Sultan Hasanuddin kemudian dianggap sebagai peletak dasar dan raja pertama Kerajaan Banten. Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itulah yang mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga akhirnya Banten harus menyerahkan kedaulatannya kepada VOC. Baca juga Sejarah Singkat Kerajaan Banten Raja-raja Kerajaan Banten Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552-1570 M Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570-1580 M Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1580-1596 M Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596-1647 M Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad atau Pangeran Anom 1647-1651 M Sultan Ageng Tirtayasa atau Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1683 M Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sultan Haji 1683-1687 M Sultan Abu al-Fadhi Muhammad Yahya 1687-1690 M Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin 1690-1733 M Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin 1733-1750 M Sultan Syarifuddin Ratu Wakil atau Pangeran Syarifuddin 1750-1752 M Sultan Abu al-Ma’ali Muhammad Wasi atau Pangeran Arya Adisantika 1752-1753 M Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulsyiqin 1753-1773 M Sultan Aliyuddin atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin 1773-1799 M Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799-1801 M Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin 1801-1802 M Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802-1803 M Sultan Aliyuddin II atau Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin 1803-1808 M Sultan Wakil Pangeran Suramenggala 1808-1809 M Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin 1809-1816 M Baca juga Raja-Raja Kerajaan Cirebon Raja-raja terkenal Kerajaan Banten Sultan Maulana Hasanuddin 1552-1570 M Sultan Maulana Hasanuddin resmi menjadi raja pertama Kerajaan Banten pada 1552 M. Selama 18 tahun pemerintahannya, Kesultanan Banten berhasil menguasai Lampung yang banyak menghasilkan rempah-rempah.
SejarahKerajaan Banten. Sebelum abad ke-13, wilayah Banten merupakan tempat yang sepi dari jalur perdagangan. Pasalnya, Selat Sunda pada waktu itu bukan termasuk jalur perdagangan. Kemudian, semenjak penyebaran Islam masuk di wilayah Jawa, Banten mulai ramai. Baca Juga: 9 Fungsi Pancasila di Indonesia dari Ideologi Negara hingga Falsafah Hidup.

Salah satu kerajaan Islam yang berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Banten. Tahun berdirinya yaitu pada tahun 1526 oleh Fatahilah atau Sultan Gunung Jati. Tertulis dalam catatan sejarah, wilayah kekuasaan Kerajaan Banten meliputi daerah pegunungan Banten, bagian barat Bogor dan Jakarta hingga Lampung. Awalnya, kerajaan Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Namun, ketika Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Kerajaan Banten berhasil melepaskan diri dan membangun hirarki pemerintahannya sendiri. Letak Geografis dan Peta Kerajaan BantenPeristiwa Penting Kerajaan BantenKehidupan di Kerajaan BantenSilsilah Kerajaan BantenPeninggalan dan Sumber Sejarah Kerajaan Banten Letak Geografis dan Peta Kerajaan Banten Secara geografis, lokasi Kerajaan Banten berada di Provinsi Banten. Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah barat Pulau Jawa, seluruh wilayah Lampung, dan sebagian Jawa Barat bagian selatan. Peristiwa Penting Kerajaan Banten 1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten bermula pada tahun 1526 ketika Kerajaan Demak berhasil menaklukkannya, lalu mengubah beberapa pelabuhan menjadi pangkalan militer dan kawasan perdagangan. Pemimpin pasukan Demak pada saat itu adalah Fatahillah, menantu Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Djati, beserta adik ipar Fatahillah yaitu Pangeran Sabakingking yang terkenal dengan sebutan Maulana Hasanuddin. Sebelum hadirnya Kerajaan Demak, kawasan Banten disebut dengan Banten Girang karena merupakan bagian dari kerajaan Hindu Padjajaran. Tujuan utama kedatangan pasukan Fatahillah adalah untuk memperluas kekuasaan wilayah dan menyiarkan dakwah Islam kepada masyarakat. Kerajaan Padjajaran pada waktu itu memiliki dua pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Banten, keduanya berhasil direbut pada tahun 1526 lalu berganti nama menjadi Jayakarta. Pusat pemerintahan yang pada awalnya berpusat di Banten Girang dipindahkan ke daerah dekat pantai yang bernama Surosowan. Hal ini dilakukan agar memudahkan hubungan perdagangan dan politik antara pesisir Sumatera sebelah barat melalui Selat Sunda dan Selat Malaka. 2. Masa Kejayaan Kerajaan Banten mengalami masa emas ketika dipimpib oleh Abu Fath Abdul Fatah atau terkenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Kemakmuran Kerajaan Banten diakibatkan oleh perkembangan ekonomi berupa perdagangan lada dan perniagaan antar bangsa sejak kekuasaan Hindu-Budha. Pemerintahan Kerajaan Banten melanjutkan kegiatan dagang tersebut dan menjadikan lada sebagai komoditi utama bagi perekonomian masyarakat. Namun, sumber daya alam yang melimpah ternyata dapat membawa masalah antar masyarakat maupun antara pedagang asing dan penguasa. Banten yang memulai kerjasama dengan Bangsa Asia kemudian secara perlahan tergeser oleh kedatangan bangsa Eropa. Hubungan ekonomi yang telah lama terjalin dengan negara-negara seperti Cina, India, Thailand, Filipina, Taiwan, Jepang, dan Vietnam tidak lagi menguntungkan, bahkan beberapa ada yang tidak melanjutkan kerjasama akibat monopoli yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris. Melihat hal ini Pangeran Arya Ranamanggala, Perdana Menteri Sultan Abul Mafakhir, kemudian menerapkan kebijakan baru dengan melarang rakyat Banten untuk menanam dan menjual lada dengan kata lain ia menghapuskan perdagangan lada. Bagi masyarakat yang belum mengetahui kebijakan tersebut atau berani melanggarnya, Pangeran Arya Ranamanggala tidak segan untuk menghukum bahkan mengeluarkan perintah hukum mati. Kemudian, ia menghentikan seluruh sistem ekonomi pasar bebas dan melakukan pengawasan yang amat ketat. Walaupun kebijakan yang dijalankannya menyebabkan banyak pedagang asing yang pergi, tetapi kehidupan masyarakat jauh lebih damai. Kerajaan Banten yang terkenal sebagai negeri penghasil lada kemudian berubah menjadi negeri pertanian. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai masa kejayaannya. Di tahun 1659, Sultan Ageng memerintahkan para kepala desa di seluruh Kesultanan Banten untuk menanam buah kelapa di daerah Untung Jawa, Cisadane, dekat Batavia. Ia mengirimkan lima ribu orang untuk menjalankan proyek itu sehingga menghasilkan lima ribu hektar lahan baru yang dibuka. Tindakan inilah yang mengakibatkan terjadinya transmigrasi besar di Nusantara pada waktu itu. Sultan Ageng Tirtayasa menjalankan politik pangan yang berdampak besar. Pada tahun 1663, ia membangun sungai untuk membawa hasil produksi beras masyarakat Banten. Sungai dengan panjang 6 km tersebut terbentang antara Tanara dan Pasilian yang proses pengerjaannya membutuhkan ribuan orang. Kemudian pada tahun 1670, Sultan Ageng membangun sungai baru sepanjang Pontang dan Tanara sebagai jalur untuk membawa beras. Tak hanya itu, Sultan Ageng juga membangun lumbung atau sawah untuk menanam padi. Selama 30 tahun kekuasaanya, Sultan Ageng banyak berkontribusi terhadap pengembangan pertanian di Banten. Proyek pertanian oleh Sultan Ageng Tirtayasa dapat disebut berhasil sehingga pada masa pemerintahannya, masyarakat hidup dalam kedamaian dan kemakmuran. 3. Penyebab Runtuhnya Setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, terjadi banyak konflik internal dalam Kerajaan Banten. Hal ini bermula dari perlawanan Sultan Ageng kepada pihak penjajah, sehingga celah tersebut dimanfaatkan oleh pihak VOC untuk mengadu domba atau lebih dikenal dengan politik devide et impera antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Tak cukup sampai disitu, VOC ikut mengurusi dalam pemilihan pemimpin Kerajaan Banten agar raja yang terpilih nantinya adalah raja yang tidak berpotensi menjadi kubu lawan bagi Belanda di masa mendatang. Pada tahun 1680, perselisihan diantara raja sudah tidak bisa dibendung lagi. Hadirnya kesempatan emas ini dimanfaatkan oleh VOC untuk melakukan tipu daya dengan berdalih membantu Sultan Haji dalam menjatuhkan takhta Sultan Ageng Tirtayasa. Penyebab utama keruntuhan Kerajaan Banten adalah perang dingin diantara kedua sultan dan pengikutnya. Setelah Sultan Haji wafat, perebutan kekuasaan masih berlanjut di antara putra-putranya yang disebabkan oleh adu domba dari pihak Belanda. Kemunduran semakin terlihat karena sering terjadi pergantian kekuasan diantara sultan-sultan Banten. Salah satunya yakni pemerintahan Sultan Muhammad Syarifuddin diambil alih oleh Gubernur Jenderal Raffles. Hal itulah yang membuat Kesultanan Banten kalah dan menjadi tanda bahwa Kerajaan Islam ini telah ditundukkan oleh Belanda. 1. Kehidupan Politik Berdasarkan Sajarah Banten, Sultan Maulana Hasanuddin sempat menetap di Banten Girang Ibukota Banten sebelumnya selama beberapa tahun sebelum akhirnya pindah ke pelabuhan Banten atas perintah Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, Maulana Hasanuddin diperkirakan pindah ke ibukota Banten yang baru pada tahun 1530-an. Di Kesultanan Banten, alasan pemilihan Banten Lama Surosowan sebagai pusat administrasi politik Kesultanan Banten, didasarkan pada wilayah Banten Lama Surosowan yang lebih mudah dikembangkan sebagai bandar pusat perdagangan. Letaknya memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera sebelah barat melalui Selat Sunda dan Selat Malaka. 2. Kehidupan Ekonomi Kehidupan perekonomian Kerajaan Banten didukung oleh letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan. Akibat jatuhnya Pelabuhan Malaka ke tangan penjajah Portugis menyebabkan para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka, tetapi langsung menuju Banten sehingga dapat meningkatkan aktivitas jual beli lada yang menjadi komoditi Kerajaan Banten. Dengan dikenalnya Kerajaan Banten sebagai pengekspor lada membuatnya banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Pedagang dari berbagai negara tersebut mendirikan perkampungan menurut asal masing-masing, seperti orang Arab yang mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, lalu orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda dan Kampung Jawa. 3. Kehidupan Sosial dan Budaya Sejak islamisasi Banten oleh Fatahilah Faletehan pada tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat mengalami perkembangan dengan perlahan-lahan mulai berpedoman kepada ajaran Islam. Setelah Kerajaan Banten berhasil membuat Kerajaan Pajajaran tumbang, pengaruh Islam terasa makin kuat bagi orang-orang yang tinggal di pedalaman. Pendukung Kerajaan Pajajaran mengasingkan diri ke sebuah daerah pedalaman Banten Selatan, dan mereka dikenal sebagai Suku Baduy. Mereka menganut sebuah kepercayaan yang disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama dengan mempertahankan tradisi dan kepercayaan yang telah dianut sebelumnya serta menolak islamisasi. Sultan Ageng Tirtayasa terbilang cukup baik dalam memimpin, karena sultan senantiasa memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Setelah Sultan Ageng Tirtayasa wafat, dan Belanda yang semakin masuk kedalam sistem pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat tidak lagi semakmur dahulu, alias merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten tumpang lima, dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Silsilah Kerajaan Banten 1. Syarif Hidayahtullah Susuhunan Gunung Jati Dalam buku Ziarah dan Wali di Dunia Islam 2007, Sunan Gunung Jati lahir pada tahun 1940 di daerah Pasai, Aceh. Ia merupakan putra dari Nyai Rara Santang dan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim. Dengan konsistensi dakwahnya, Sunan Gunung Jati menjadi orang pertama yang mengislamkan Banten. Sunan Gunung Jati merupakan pendiri Kasultanan Banten, ia pun turut melakukan perjuangan untuk melawan penjajah. Sunan Gunung Jati merupakan tokoh yang berpengaruh besar dalam memperluas kekuasaan Islam Demak dengan menyebarkan ajaran-ajaran Islam di daerah Banten. Sunan Gunung diperkirakan tutup usia pada pertengahan abad ke-16. Makam Sunan Gunung Jati banyak dikunjungi oleh masyarakat sebagai objek isata religi sekaligus berziarah. 2. Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan 1522-1570 Dikarenakan Sunan Gunung Jati tidak ingin ditasbihkan sebagai raja Kasultanan Banten, maka dalam sejarah tertulis bahwa raja pertama Kerajaan Banten adalah Sultan Hasanuddin, Beliau memerintah selama 18 tahun 1552-1570 M. Pada masa pemerintahannya, Wilayah kekuasaan Kerajaan Banten saat itu sampai ke Lampung yang terkenal memiliki banyak rempah-rempah dan juga Selat Sunda yang merupakan jalur perdagangan. Sultan Hasanuddin kemudian membangun Pelabuhan Banten yang ramai didatangi pedagang dari berbagai bangsa. Pada tahun 1570 M, Sultan Hasanuddin wafat, kekuasaan Kasultanan Banten digantikan oleh Maulana Yusuf, putranya. 3. Maulana Yusuf Panembahan Pakalangan Gede 1570-1580 Pada masa pemerintahannya tepatnya pada tahun 1579, Maulana Yusuf berhasil menaklukan Kerajaan Padjajaran di daerah Pakuan, Bogor. Ia sekaligus berhasil menyingirkan Prabu Sedah sebagai raja Padjajaran pada saat itu. Hal tersebut membuat banyak rakyatnya bertransmigrasi ke daerah pegunungan. Mereka lalu dikenal sebagai Suku Baduy yang mendiami Rangkasbitung, Banten. 4. Maulana Muhammad Pangeran Ratu Ing Banten 1525-1552 Tahta Kerajaan Banten jatuh ke tangan putra Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad yang saat itu masih berusia 9 tahun. Karena masih sangat muda untuk memimpin sebuah kerajaan, kekuasaan pemerintahan digantikan oleh kali red. Arab qadhi, jaksa agung bersama empat pembesar lainnya, hingga Maulana Muhammad tumbuh dewasa. Setelah menduduki tahta, Sultan Maulana Muhammad melakukan penyerangan terhadap Kasultanan Palembang yang didirikan oleh bangsawan Demak yaitu Ki Gendeng Sure. Kerajaan Banten yang merasa masih keturunan Demak mengklaim wilayah Palembang sebagai daerah kekuasaan. Namun, pada saat perebutan wilayah, Banten mengalami kekalahan sehingga mengakibatkan Sultan Maulana Muhammad tewas dalam peperangan tersebut. 5. Sultan Abul Mafachir Mahmud Abdul Kadir Kenari 1580-1596 Karena tewasnya Sultan Maulana Muhammad terjadi secara tidak terduga, putranya yang masih berusia 5 bulan menggantikan kekuasaan menjadi Sultan Banten yang memerintah dari tahun 1596-1651. Karena Sultan Abdul Mafachir masih bayi, roda pemerintahan dijalankan oleh Mangkubumi Ranamanggala hingga ia beranjak dewasa dan mendapat gelar Kanjeng Ratu Banten. 6. Sultan Abul Ma’ali Ahmad 1596-1561 7. Sultan Ageng Tirtayasa-Abul Fath Abdul Fattah 1651-1672 Tongkat estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Abdul Fath atau Sultan Ageng Tirtayasa. Di masa pemerintahan Sultan Ageng, terjadi beberapa kali peperangan melawan VOC Belanda, hal ini dikarenakan beliau sangat membenci Belanda. Sikap kebencian Sultan Ageng terhadap Belanda mendapat dukungan dari Syaikh Yusuf. Pada tahun 1659 peperangan dihentikan setelah dilakukan perjanjian antara Banten dan Belanda. Pada tahun 1671 M, Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji yang merupakan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai raja pembantu Sultan Ageng. Berbeda dengan ayahandanya, Sultan Haji malah menjalin hubungan baik dengan Belanda dan VOC. Mengetahui hal yang tidak sejalan tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa menarik kembali jabatan yang diberikan kepada anaknya, namun Sultan Haji bersikeras mempertahankan jabatannya dengan meminta bantuan pihak Belanda. Inilah yang memicu terjadinya perang saudara sehingga menyebabkan Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap lalu dipenjarakan di daerah Batavia hingga tutup usia pada tahun 1691 M. 8. Sultan Abun Nasr Abdul Kahhar-Sultan Haji 1672-1687 Gelar raja didapatkan oleh Sultan Haji dengan jalan bekerja sama dengan Belanda setelah menggulingkan ayahnya. Masalah ini dimungkinkan ketidak sabaran Sultan Haji untuk segera menduduki jabatannya, karena ada putra Sultan Ageng lainnya yang bernama Pangeran Purbaya dianggap mampu menggantikan Sultan Ageng, atau Sultan merasa kurang sreg terhadap perilaku Sultan Haji. Namun dimungkinkan pula ada hasutan Belanda, mengingat hubungan Belanda dengan Sultan Ageng dan para pendahulunya kurang baik. Sedangkan jika mendukung Sultan Haji maka Belanda akan lebih mudah menguasai perdagangan di Banten. Spekulasi terakhir ini yang mungkin paling mendekati, mengingat ada simbiosa mutualisma antara Belanda yang bertujuan melancarkan kepentingan dagangnya dan Sultan Haji yang mengincar jabatan kesultanan. 9. Sultan Abdulfadhl 1687-1690 10. Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin 1690-1733 11. Sultan Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733-1750 12. Sultan Syarifuddin Ratu Wakil 1750-1752 13. Sultan Muhammad Wasi Zainul Alimin 1752-1753 14. Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin 1753-1773 15. Sultan Abul Mafakih Muhammad Aliyuddin 1773-1799 16. Sultan Muhyiddin Zainussholihin 1799-1801 17. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin 1801-1802 18. Sultan Wakil Pangeran Natawijaya 1802-1803 19. Sultan Agilludin Aliyuddin II 1803-1808 20. Sultan Wakil Pangeran Suramanggala 1808-1809 21. Sultan Muhammad Syafiuddin 1809-1813 22. Sultan Muhammad Rafi’uddin 1813- 1820 Peninggalan dan Sumber Sejarah Kerajaan Banten 1. Peninggalan a. Keraton Surosowan Istana ini pada awalnya merupakan tempat tinggal raja-raja Kasultanan Banten sekaligus menjadi tempat pusat pemerintahan. Saat ini, Keraton Surosowan yang dibangun pada tahun 1552 hanya tersisa runtuhannya saja. b. Masjid Agung Masjid Agung Banten adalah salah satu peninggalan kerajaan Banten yang dibangun pada tahun 1652 pada masa Sultan Hassanudin. Lokasi masjid ini terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen. Masjid Agung Banten ditetapkan sebagai satu dari 10 masjid tertua yang ada di Indonesia. Keunikan masjid ini terletak pada bentuk menaranya yang mirip mercusuar dan atapnya yang mirip pagoda khas China. Selain itu, di bagian kiri dan kanan masjid tersebut terdapat makam para sultan Banten bersama keluarganya. c. Meriam Ki Amuk Meriam yang ukurannya paling besar yang ada di Kasultanan Banten diberi nama meriam Ki Amuk karena konon meriam ini memiliki tembakan sangat jauh dan ledakannya sangat besar. d. Benteng Speelwijk Benteng setinggi 3 meter ini dibangun pada tahun 1585 yang berfungsi sebagai pertahanan dari serangan dari laut dan digunakan untuk mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Benteng pertahanan ini memiliki mercusuar, beberapa meriam, serta sebuah terowongan yang terhubung dengan Istana Keraton Surosowan. e. Danau Tasikardi Danau Tasikardi adalah danau buatan yang dibuat pada tahun 1570 – 1580 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini terletak di sekitar Istana Kaibon, dilapisi dengan ubin dan batu bata. Danau ini diperkirakan memiliki luas sekitar 5 hektar, tapi kini luasnya menyusut karena mengalami sedimentasi. Fungsi Danau Tasikardi adalah sebagai sumber air utama untuk keluarga kerajaan yang tinggal di Istana Keraton Kaibon dan sebagai saluran bagi sistem irigasi persawahan di sekitar Banten. f. Klenteng Cina / Vihara Avalokitesvara Vihara Avalokitesvara termasuk kecamatan Kasemen, Banten Lama. Bangunan ini masih berdiri kokoh, meskipun sudah dibangun sejak abad 16. g. Watu Gilang Watu Gilang adalah sebuah batu segi empat dengan panjang 190 cm, lebar 121 cm dan tebal 16,5 cm kemudian memiliki permukaan datar. Menurut Babad Banten batu ini disebut watu gigilang dipergunakan sebagai tempat pentahbisan atau penobatan raja-raja di Kesultanan Banten. h. Masjid Pacinan Tinggi Untuk menuju ke Masjid Pacinan Tinggi, anda perlu menempuh jarak kurang lebih 500 meter ke arah barat. Masjid Pacinan Tinggi terletak di Kampung Pacinan, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Dikarenakan sudah tua, maka Masjid Pacinan Tinggi kini hanya menyisakan sisa-sisa bangunannya saja. i. Keraton Kaibon Keraton Kaibon merupakan kediaman Ratu Aisyah. Pemilihan nama “kaibon” sendiri diambil dari kata keibuan yang berarti bersifat seperti ibu yang memiliki tingkah laku lemah lembut serta penuh kasih sayang. j. Kerkhoff / Makam Belanda Makam-makam Belanda ini terletak di Kampung Pamarican, Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Kata kerkhoff berasal dari bahasa Belanda, jika dipecah menjadi dua suku kata yaitu kerk yang berarti gereja dan hoff yang berarti halaman. Warga Belanda yang menganut agama Kristen, memiliki tradisi untuk menguburkan salah satu anggota keluarganya di sebelah gereja. Seiring perkembangan waktu, kata kerkhoff kemudian menjadi sebutan untuk kuburan atau permakaman. 2. Sumber Tulisan a. Catatan Joa de Barros b. Sumber dari Dagh Register c. Naskah Sanghyang Siskanda Ng Karesia Setelah menyimak ulasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Banten memiliki sejarah yang sangat menarik untuk digali dan dipelajari. Nah, selain Kerajaan Banten yang bercorak islam di Jawa, ada pula Kerajan Islam Malaka yang sempat berpusat di Malaysia. Kamu bisa membacanya secara terperinci di blog kami. Semoga bermanfaatya!

KesultananBanten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa berkembang menjadi bandar perdagangan yang sangat maju. Kemajuan ekonomi masyarakat banteng saat itu tidak bisa dilepaskan dari dua fakto

Apakah kamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan JayaKarta sebagai Vasal kerajaan Banten di bawah pemerintahan? Berikut pilihan jawabannya Pangeran sollahudin Pangeran Abdul Kohar Pangeran Wijaya Kusuma Pangeran Wijaya Krama Kunci Jawabannya adalah B. Pangeran Abdul Kohar. Dilansir dari Ensiklopedia, JayaKarta sebagai Vasal kerajaan Banten di bawah pemerintahanjayakarta sebagai vasal kerajaan banten di bawah pemerintahan Pangeran Abdul Kohar. Penjelasan Kenapa jawabanya bukan A. Pangeran sollahudin? Nah ini nih masalahnya, setelah saya tadi mencari informasi, ternyata jawaban ini lebih tepat untuk pertanyaan yang lain. Kenapa jawabanya B. Pangeran Abdul Kohar? Hal tersebut sudah tertulis secara jelas pada buku pelajaran, dan juga bisa kamu temukan di internet Kenapa nggak C. Pangeran Wijaya Kusuma? Kalau kamu mau mendaptkan nilai nol bisa milih jawabannya ini, hehehe. Terus jawaban yang D. Pangeran Wijaya Krama kenapa salah? Karena menurut saya pribadi jawaban ini sudah keluar dari topik yang ditanyakan. Kesimpulan Jadi disini sudah bisa kamu simpulkan ya, jawaban yang benar adalah B. Pangeran Abdul Kohar. Post Views 185 Read Next March 6, 2022 Pilihlah 1 yang tidak termasuk dalam sel mekanoreseptor adalah? March 6, 2022 Senjata tradisional Rencong berasal dari provinsi? March 6, 2022 Berikut ini buku karya Rifaah Badawi rafi’ at-Tahtawi, kecuali?
Beberapapersetujuan dengan Mataram dan banten kemudian menetapkan bahwa daerah VOC terletak di antara Sungai Citarum dan Sungai Cisadane. Dengan demikian, Tokoh yg menjabat sebagai gubernur jenderal VOC ini berhasil membangun gedung Mauritius di tepi sungai Ciliwung pada tahun 1619 jabatan tokoh jendral tersebut digantikan oleh Jan
- Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Salah satu faktor kemajuan dari Kesultanan Banten adalah posisinya yang strategis, yaitu di ujung barat Pulau Jawa, lebih tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Ibu kota Kesultanan Banten adalah Surosowan, Banten Lama, Kota Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kendati demikian, Sunan Gunung Jati tidak pernah bertindak sebagai raja. Raja pertama Kesultanan Banten adalah Sultan Maulana Hasanuddin, yang berkuasa antara 1552-1570 masa kejayaan Kerajaan Banten berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651-1683 M. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan kekuatan politik dan angkatan perang Banten untuk melawan VOC. Hal itu pula yang kemudian mendorong Belanda melakukan politik adu domba hingga menjadi salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Baca juga Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten Sejarah singkat Kerajaan Banten Sebelum periode Islam, Banten adalah kota penting yang masih dalam kekuasaan Pajajaran.
PemerintahBelanda untuk mendukung lancarnya usaha VOC dalam menguasai perdagangan di Indonesia dan dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa. Pieter Both saat itu memiliki pandangan bahwa Jayakarta adalah sebuah kota yang strategis. Perlawanan Banten (1651-182) : Dipimpin oleh Sultan Agung Tirtoyoso dari Kerajaan Banten; Perlawanan
Ilustrasi Kerajaan Banten. Foto keyakinan penduduk Pulau Jawa adalah Islam. Hal itu tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam yang telah terjadi sejak zaman kerajaan. Salah satu kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten berdiri di Tatar Pasundan, Provisi Banten. Kerajaan Banten muncul sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke pesisir barat Pulau lebih memahami sejarah Kerajaan Banten, berikut ulasan lengkapnya dikutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA SMK/MAK Kelas X oleh Amurwani Dwi L. dkk 2014.Awal BerdiriPada awalnya Kerajaan Banten merupakan wilayah perluasan Kerajaan Demak. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan di Pulau Jawa dan menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Fatahillah yang berperan besar dalam penaklukan tersebut mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan. Tempat ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan dengan kemunduran Kerajaan Demak, Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dengan meninggalkan dua anak laki-lakinya, yaitu Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya. Pangeran Yusuf kemudian menggantikan posisi Fatahillah, sementara Pangeran Arya berkuasa di Kejayaan Kerajaan BantenMasjid Agung Banten, peninggalan Kerajaan Banten. Foto JavaTravelSetelah berganti pemimpin, Kerajaan Banten akhirnya mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin Sultan Abdufattah. Pemimpin yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa tersebut memerintah pada tahun masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten terus mengalami kemajuan. Letak Banten yang strategis membuat perkembangan dan kemajuan ekonomi di wilayah itu semakin cepat. Hasilnya, kehidupan masyarakat pun mengalami bidang politik, pemerintah kerajaan ini juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan terus dilakukan meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak mau memeluk agama Islam. Kelompok yang disebut dengan masyarakat Badui itu masih tetap ingin mempertahankan agama dan adat istiadat nenek bidang kebudayaan, Kerajaan Banten juga mengalami perkembangan, terutama seni bangunannya. Ada beberapa bangunan yang masih tersisa hingga saat ini seperti Masjid Agung Banten, bangunan Keraton, dan gapura-gapura,Kemunduran Kerajaan BantenMasa kemunduran Kerjaan Banten dipicu oleh konflik yang timbul di dalam istana. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa berusaha menentang VOC, tetapi kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan melakukan politik adu domba devide et impera. Mereka membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Suktan Ageng berakhirnya masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa malah membuat kekuasaan VOC di Banten kian menguat. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya situasi tersebut membawa Kerajaan Banten pada kemunduran.
KerajaanBanten mencapai puncak kejayaan pada saat pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa 1651 -1692. Dibawah pemerintahannya perekonomian Banten ditopang oleh sektor perdagangan laut karena banten mempunyai pelabuhan yang strategis dan juga komoditi ekspor yang sangat dicari oleh bangsa eropa yaitu lada.
Jakarta - Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat Pantai Jawa sampai Lampung. Kerajaan ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung terbentuknya Kerajaan Banten seperti dikutip dari Buku Intisari SKI Sejarah Kebudayaan Islam oleh Siti Wahidoh, yakni Syarif Hidayatullah mengusai bagian barat Pantai Utara Jawa pada tahun 1526. Hal ini untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran. Daerah Kerajaan Banten menjadi batu loncatan untuk menguasai Pajajaran dari barat ke Banten dijadikan basis penyerangan Kerajaan Demak dan Cirebon untuk menguasai Kerajaan Pajajaran dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Penyerangan ke Kerajaan Pajajaran dilakukan karena penolakan Kerajaan Pajajaran atas penyebaran agama Islam dan menolak mengakui Kerajaan Demak atas Pajajaran. Meskipun Pelabuhan Sunda Kelapa dikuasai pada tahun 1527 M, namun Kerajaan Banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di Demak, Kerajaan Banten menjadi kesultanan yang merdeka dari Kerajaan Demak. Raja pertamanya yakni putra Syarif Hidayatullah, Maulana masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas. Penguasaan Kerajaan Banten atas Lampung dan Selat Sunda sangat penting bagi kegiatan perdagangan Hasanuddin juga menjalin persahabatan dengan Kerajaan Indrapura di Sumatera. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Maulana Hasanuddin dengan putri Raja Kerajaan Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf. Dia memimpin Kerajaan Banten dari tahun 1570-1580 M. Setelah Maulana Yusuf wafat pada tahun 1580, tahta Kerajaan Banten dipegang oleh Maulana Muhammad, putranya yang berusia 9 Maulana Muhammad masih sangat muda, pemerintahan dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari Kali Jaksa Agung dan 4 menteri. Badan ini berkuasa hingga Maulana Muhammad cukup umur untuk tahun 1596, Maulana Muhammad memimpin serangan serangan terhadap Kerajaan Palembang. Penyerangan bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah-rempah dari Sumatera. Penyerangan tidak berhasil dan Maulana Muhammad Maulana Muhammad menyebabkan kosongnya takhta Kerajaan Banten. Karena Putra Maulana Muhammad, Abu Mufakhir masih berusia 5 bulan, pemerintahan dijalankan badan perwalian. Pada masa ini, armada dagang Belanda pertama kali tiba di Kerajaan Banten dan dipimpin oleh Cornelis de Mufakhir resmi menjalankan kekuasaan pada tahun 1596. Tahun 1638, khalifah Mekah memberikan gelar sultan pada Abu Mufakhir. Abu Mufakhir wafat pada tahun 1651. Putranya meneruskan pemerintahan Banten dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad Rahmatullah, tetapi tidak lama kemudian dia Banten selanjutnya yakni Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha keras mengusir kekuasaan armada dagang Belanda VOC dari Kerajaan Banten, namun usaha ini tahun 1671, Sultan Agung Tirtayasan mengangkat putra mahkotanya, Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai raja muda. Pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Sultan Haji, sementara Sultan Agung Tirtayasa tetap Sultan Haji cenderung bersahabat dengan VOC. Sultan Ageng Tirtayasa tidak menyetujui hubungan ini. Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda Batavia dan akhirnya wafat pada budaya Kerajaan Banten tidak banyak. Namun demikian, pengaruh agama Islam dalam seni bangunan Banten dapat dilihat dari bangunan Masjid Agung Banten dan Kompleks Makam Raja-raja Banten di Kenari. nwy/pal 34 KESULTANAN BANTEN 7 f pun nampak tambah sempurna. Seluruh wilayah Banten, baik di pusat kota Banten Girang, Banten Surowowan maupun daerah selatan telah mengikuti agama Islam, hal ini disebabkan karena Adipati Pucuk Umum (penguasa tertinggi Banten Hindu) telah menyerahkan kekuasaanya kepada penguasa Islam. - Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan ini menguasai wilayah Banten yang terletak di barat Pulau Jawa. Sebelumnya wilayah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Sunda yang bercorak Hindu. HJ de Graaf dalam bukunya Kerajaan-kerajaan Islam Pertama di Jawa 1985 menuturkan kerajaan Banten berdiri di abad tahun 1524 atau 1525, Nurullah dari Pasai yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati berlayar dari Demak ke Jawa Barat. Saat itu, pusat pengembangan agama Islam di Jawa masih terpusat di Demak. Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanuddin melebarkan pengaruh Islam ke barat Pulau juga Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon Saat itu, Kerajaan Sunda bersekutu dengan Portugis. Namun dibantu oleh tentara Demak, Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin menyingkirkan Bupati Sunda untuk mengambil alih Banten. Dalam Ragam Pusaka Budaya Banten 2007, Sunan Gunung Jati dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banten. Namun ia tak mengangkat dirinya sebagai raja. Sunan Gunung Jati memilih menjadi Sultan Cirebon. Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanuddin. Ia diangkat sebagai Sultan Banten pada 1552. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami perkembangan pesat. Banten melepaskan diri dari Demak. Banten juga menjadi pusat perdagangan di barat Pulau Jawa. DiBawah Penjajahan Kompeni. Wilayah Nusantara yang kaya akan berbagai sumber daya alam sejak ratusan tahun yang lalu telah menarik minat banyak bangsa dan kelompok-kelompok kepentingan asing untuk mencari untung di wilayah Nusantara. Pada sepanjang pertengahan abad ke-16 hingga paruh akhir abad ke-18, VOC (Persekutuan KesultananBanten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan. KerajaanBanten berdiri sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan. Mereka menunjukkan sikap yang baik, sehingga dapat berdagang di Banten dan di Jayakarta KejayaanKesultanan Cirebon. Di bawah kepemimpinan Sunan Gunung Djati, Kesultanan Cirebon mencapai kemajuan pesat, baik di bidang agama, politik, maupun perdagangan. Dalam bidang agama sangat jelas terlihat bahwa Islamisasi berjalan sangat masif. Dakwah agama Islam ke berbagai wilayah terus-menerus dilakukan. ZoXito5.
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/145
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/70
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/867
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/940
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/609
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/659
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/669
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/21
  • jayakarta sebagai vasal kerajaan banten dibawah pemerintahan