Dankami para salafiyin walaupun sampai sekarang tidak mentabdi’ (memvonis mubtadi’) Al-Halabi, karena menunggu penjelasan para ulama’ kibar, hanyasaja kami mengatakan bahwa tidak boleh menimbah ilmu darinya sebagaimana ucapan Syaikh kami (Yahya) An-Najmi rahimahullahu ta’ala, dan disepakati oleh ahlul ilmi juga para penuntut ilmu. Oleh MUHAMMAD RAJAB Al-adab qabla al-ilmi “adab sebelum ilmu”. Ungkapan ini sering sekali terdengar di lingkungan pendidikan Islam, khususnya pesantren. Hal ini mengingat penting dan mulianya pendidikan adab. Imam Malik pernah berkata, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Ibnu Mubarak juga menegaskan, “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.” Demikian halnya dengan Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim juga menguatkan pentingnya menjaga adab, khususnya terhadap guru. Beliau mengatakan, “Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati guru.” Ketahuilah, seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati guru. Adab yang baik dalam proses menuntut ilmu menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan keberkahan ilmu itu sendiri. Berkah, maknanya menurut Imam al-Ghazālī, ziyādah al-khair, yakni bertambahnya nilai kebaikan. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang memberikan nilai kemanfaatan dan kebaikan di dalamnya. Salah satu tandanya adalah ilmu tersebut diamalkan dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta mendatangkan kebaikan. Adab juga merupakan cerminan dari baik buruknya akhlak seseorang. Akhlak yang baik ini menjadi tugas utama dari diutusnya Rasulullah SAW. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” HR Ahmad. Jadi, amanah mendidik adab dan akhlak sekaligus selaras dengan misi Nabi dan Rasul. Mendidik adab membutuhkan proses waktu yang tidak sebentar. Butuh komitmen dan konsistensi yang baik dalam mengawal proses internalisasi. Banyak ulama dalam mempelajari adab itu lebih lama ketimbang mempelajari ilmu. Dan perlu disadari bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi baik burukya perilaku, yaitu lingkungan, baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan cara-cara khsusus dalam proses mendidik adab seorang murid. Setidaknya ada empat tahapan yang penting dilakukan untuk mendidik adab. Pertama, memberikan uswah atau contoh yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik para sahabatnya. Kedua, proses pemahaman al-fahm. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar tentang adab yang baik yang harus dikerjakan, dan adab yang buruk yang mestinya ditinggalkan. Proses ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, kajian, diskusi, sosialisasi, dan lain sebagainya. Ketiga, proses pembiasaan ta’wid. Hal ini bisa dilakukan dengan membiasakan murid melakukan adab-adab yang baik. Bisa melalui program-program khusus seperti pembiasaan shalat berjamaah, zikir, budaya bersih, jujur, salam, menghargai teman, dan lainnya. Keempat, proses pengawasan muraqabah. Pengawasan dapat dilakukan langsung oleh para guru atau petugas khusus, atau juga bisa dibantu dengan teknologi yang ada. Pengawasan ini diharapkan dapat menjadi kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku dan adab. Tentu yang paling terpenting dalam pengawasan ini adalah dengan menanamkan sikap ihsan, sehingga setiap murid harapannya memiliki kesadaran tentang pengawasan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda tentang ihsan, “Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” HR al-Bukhari no 50 dan Muslim no 8. Setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan maka yang terakhir adalah berdoa kepada Allah SWT. Doa inilah yang akan menjadi senjata terakhir untuk mengetuk rahmat Allah SWT agar supaya menjadikan para murid insan yang beradab. Wallahu a’lam

Disinikami hadirkan dengan makna gandul, supaya mudah kita pelajari. أَرْجُو بِهِ أَنْ يَنفَعَ الطُّلَّابَا ۞ وَالْأَجْرَ وَالْقَبُولَ وَالثَّوَابَا. Diskon 4% untuk pembelian produk kitab tuhfatul athfal arab & makna gandul di lapak toko lirboyo store. Source:

Kelas 4/II Pelajaran tentang tata cara mencari ilmu dalam kitab Alala Tanalul Ilma yang kami rangkum dalam judul Terjemah Kitab Alala Nadham 21, 22, 23 dan 24 - Adab Mengagungkan Guru Atau UstadzPada tulisan ini, kita akan belajar materi kelas 4 semester II yaitu tentang adab dan tata cara dalam mencari ilmu di Kitab Alala Tanalul IlmaMateri;Menghafal nadham dan memahami maknanyaMembaca tulisan pego dan memahami artinyaAlala Nadham 21 22 23 dan 24 - Adab Mengagungkan Guru Atau Ustadzبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِیْمِNadham 21أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلیَ نَفْسِ وَالِدِی ۞ وَاِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِی الْفَضْلَ وَالشَّرَفْدِیْسِیكْ کِی إِڠْسُونْ اِیڠْ ڮُورُو ڠۤرِیكْ کِی إِڠْسُونْ اِیڠْ بَاڤَاءْ ، سۤنَاجَانْ إِڠْسُونْ اُولِیهْ کَامُولْیَانْ سُوڠْکُو بَاڤَاءْNdisikke ingsun ing guru ngerikke ingsun ing bopo, Senajan ingsun oleh kamulyan songko bopoSaya lebih mengutamakan guru daripada orang tua, meskipun saya mendapatkan kemulyaan dari orang tuakuNadham 22فَذَاكَ مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحِ جَوْهَرُ ۞ وَهَذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ کَالصَّدَفْڮُورُو اِیکُو کَاڠْ بِیْسَا نْدِیدِیكْ اِیڠْ پَاوَا ، دِیْنِی پَاوَا اِیْکُو دِی سۤرُوڤَاءَکِی کَایَا سُوجَاGuru iku kang biso ndidik ing nyowo, dene nyowo iku di serupaake koyo suco MutiaraDialah guru yang mendidik ruh kita, sedangkan ruh itu seperti Mutiara. Dan orang tua adalah yang memelihara raga dan raga adalah tempat bagi ruh sebagaimana tempat MutiaraNadham 23رَاَیْتُ اَحَقَّ الْحَقِّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ ۞ وَاَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَی کُلِّ مُسْلِمٍاَکُو وِیسْ نِیقَادَاکِي إِیڠْ لُووِیهْ حَقْ٢کِي بۤنۤرْ ، یَاإیْکُو وُوڠْ کَڠْ نُودُوهُاکِي بَارَاڠْ بۤنۤرْ لَنْ لُووِیهْ تَأْتِیقَادَاکِي لُووِیهْ وَاجِبْ دِیْنْ رۤکْصَا مُوڠْڮُوهِي کَابِیهْ وُوڠْ اِسْلاَمْ کَڠْ کۤڤِیڠِین بۤنۤرْAku wes nikodake ing luwih hak-hak ke bener, yo iku wong kang nuduhake barang bener lan luwih tak tiqodake luwih wajib din rekso mungguhe kabeh wong islam kang kepingin benerSaya sudah meyakini bahwa yang paling berhak diutamakan adalah hak-haknya guru, yang telah mengajarkan kita ke jalan kebenaran, dan pastinya haknya guru wajib dijaga oleh setiap orang muslimNadham 24لَقَدْ حَقَّ اَنْ یُهْدَی اِلَیْهِ کَرَامَةً ۞ لِتَعْلِیْمِ حَرْفِ وَاحِدٍ اَلْفُ دِرْهَمٍ ڮُورُو وِیسْ مۤسْطِي دِي هَادِیاهِي سِیْوُو دِرْهَمْ ، مُولْیَاأکي کۤرانَا مُولَاڠْ حُرُفْ سِیجِي تُورْ فَهَمْGuru wes mesti di hadiyahi sewu dirham, mulyaake kerono mulang huruf siji tur fahamKarena kemulyaanya seorang guru sangatlah berhak mendapatkan hadiah seribu dirham karena telah mengajarkan kepada kita satu huruf sajaPenjelasan NadhamKitab Alala akhlak adalah salah satu kitab yang menerangkan tentang tata cara dalam mencari ilmu, merupakan salah satu kitab yang menjadi rujukan umum di kalangan pesantren. Salah satu cara mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah wajib memulyakan seorang guru daripada orang tua, meskipun kita kadang mendapatkan kemulyaan dari orang tua yang sedang belajar menuntut ilmu hedaklah lebih memulyakan gurunya baru kemudian orang tuanya. Karena guru adalah seseorang yang mendidik jiwa dan ruh kita karena ruh itu seperti mutiara. yang bisa menjadikan kita manusia yang mulia dihadapan Allah, sedangkan orang tua pada umumnya lebih banyak menjaga dan merawat raga kita. Sedangkan raga adalah tempat ruh kita. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sangatlah penting dalam membentuk karakter anak yang sedang dalam tahap belajar dan mencari ilmu. Karena pentingnya seorang guru dalam membimbing ruh kita, maka hak-hak guru juga harus diutamakan karena keikhlasanya mendidik kita ke jalan kebenaran. Bahkan karena mulyang seorang guru, guru sangatlah berhak mendapatkan hadiah seribu dirham karena telah mengajarkan kepada kita satu huruf Penting!Mulyakanlah seorang guru karena gurulah yang mendidik jiwa dan ruh kita,Guru adalah orang yang mendidik jiwa dan ruh kita yang mana jiwa dan ruh kita adalah seperti mutiara. Sedangkan orang tua adalah yang memelihara jasad dan raga kita. berbuat baiklah kepada satu contoh berbuat baik kepada orang tua adalah menjaga adab ketika di depan orang tua dan menjaga adab ketika bertemu dengan orang tua di jalanJagalah hak-hak guru dengan senantias selalu mentaati dan mendengarkan apa yang telah diajarkan kepada kita, menjaga tatakrama didepan guru dan juga selalu taat keutamaanya, seorang guru sangatlah berhak mendapatkan hadiah seribu dirham karena telah mengajarkan kepada kita satu huruf sajaVideo lalaran nadham alala
MuqaddimahKitab Alala Tanalul ‘Ilma yang diterbitkan dari pondok Lirboyo, Kediri. Kitab Alala adalah sebuah kitab yang kecil dan tipis dalam bentuk fisiknya namun sungguh luas ilmu yang dicakupnya, terutama sebagai panutan ketika kita menuntut ilmu, terlebih lagi ilmu akhirat yang Insya Allah akan mampu menjadi bekal kita untuk menjalani hidup di dunia dan menjadi pahala
Kitab Alala merupakan sebuah kitab yang dipakai para santri di seluruh dunia. Biasanya' dilantunkan dalam bentuk syi'ir. Kitab yang tipis berisi sya'ir-sya'ir sehingga mudah dihafal. Isi dari kitab alala ini berisi tentang tata cara mencari ilmu yang terdiri dari 37 bait. Sebagian besar isi dari kitab Alala terdapat dalam kitab Ta'limul Muta'alim yang dikarang oleh Syekh Az-Zarnuji 2 bait dari kitab Alala membahasa tentang 6 syarat dalam mencari ilmu Baca Juga Pengertian Isim Nakiroh dan Isim Ma'rifat dalam Ilmu Nahwu Syarat yang pertama cerdas, yaitu seseorang yang berakal dan mampu menangkap ilmunya. Bukan hanya yang ber IQ tinggi saja. Syarat yang ke dua semangat, yaitu terus belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak bermalas-malasan. Syarat yang ketiga sabar, yaitu para pencari ilmu harus sabar menghadapi segala godaan dan cobaan didalam proses belajar agar sukses dalam belajar di jalan yang lurus. Baca Juga Kisah Kewalian KH. Hamid Pasuruan, Ulama Terkenal yang Makamnya Tidak Pernah Sepi Syarat ke empat biaya, mencari ilmu juga membutuhkan biaya yaitu uang. uang sangat membantu untuk proses berlangsungnya mencari ilmu. Tetapi bukan berarti tidak bisa belajar jika tanpa uang. Syarat ke lima dengan petunjuk guru, mencari ilmu seharusnya dengan guru dan yang memiliki sanad ilmu sampai kepada yang Maha Berilmu. Syarat yang ke enam yaitu dalam waktu yang lama. Mencari ilmu bagaikan memahat batu dengan air memerlukan waktu yang sangat lama dan akan bertahan selama ratusan bahkan ribuan tahun. Yah itu lah 6 syarat dalam mencari ilmu menurut kitab Alala. Semangat Belajar........ Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!
Muslimabad pertengahan yang bernama Imam al-Al-zarnuji dalam kitab Alala Tanalul ‘Ilma. Tulisan ini mendapatkan ilmu pengetahuan serta mendapatkan manfaat ilmu pengetahuan yang dicita-citakan. “Konsep Adab Belajar Murid Dalam Kitab Ta’lim al-Muta’allim” oleh A. Kholik (2013) yang menyimpulkan
KKPD Sumobito May 15, 2021 Kelas 4/II Pelajaran tentang tata cara mencari ilmu dalam kitab Alala Tanalul Ilma yang kami rangkum dalam judul Terjemah Kitab Alala Nadham 20 - Tentang Adab BermasyarakatPada tulisan ini, kita akan belajar materi kelas 4 semester II yaitu tentang adab dan tata cara dalam mencari ilmu di Kitab Alala Tanalul IlmaMateriMenghafal nadham dan memahami maknanyaMembaca tulisan pego dan memahami artinyaAlala Nadham 20 - Tentang Adab Bermasyarakatبِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِیْمِNadham 20اِذَا کُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِیَارَهُمْ ۞ وَلَا تُصْحَبِ اْلاَرْدَی فَتُرْدَی مَعَ الرَّدِیJika kamu berkumpul dengan suatu kaum berasyarakat, maka bertemanlah dengan orang yang baik diantara mereka dan jangan berteman dengan orang yang berakhlak buruk, maka kamu akan ikut buruk pula bersama Pegoاِذَا کُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِیَارَهُنَالِیْکَا اَنَا سِیْرَا اِیْکُو وُورْ- وُورَانْ قَومْ، مُوڠْکَا ڠَانْجَانَانَا سِیْرَا اِیڠْ بَاڮُوسٓی قَوْمNaliko ono siro iku wor-woran qoum, mongko ngancanono siro ing baguse qoumوَلَا تُصْحَبِ اْلاَرْدَی فَتُرْدَی مَعَ الرَّدِیلَنْ سِیْرَا اُوْجُو سُوءْ ڠَانْجَانِي اِیڠْ وُوڠْ کَڠْ اَصَارْ، مُوڠْکَا سٓبَابْ دِي اَسُورَاکٓي سِیْرَا سَارْطَا کَڠْ اَصَارْLan siro ojo sok ngancani ing wong kang ashor, mongko sebab di asorake siro sartho kang ashorPenjelasan Nadham;Jika kita berkumpul dengan suatu kaum atau berkumpul dalam suatu golongan atau masyarakat, maka bertemanlah dengan orang yang baik diantara mereka. Jangan kita berteman dengan orang yang buruk jika kita tidak mau terseret dalam keburukan PentingDalam berteman, carilah teman yang baikJangan berteman dengan orang yang buruk dan nakal, supaya tidak terpengaruh dengan keburukan dan kenakalan juga materi kelas 4 semester II lainya dalam kitab AlalaAlala Nadham 20 - Tentang adab bermasyarakatAlala Nadham 21, 22, 23 dan 24 - Mengagungkan Guru atau UstadzAlala Nadham 25 - Nafsu harus dihinakanAlala Nadham 26 - Janganlah berburuk sangkaAlala Nadham 27 28 29 dan 30 - Tiga golongan manusia di sekitar kitaAlala Nadham 31 - Jauhilah Sifat PendendamAlala Nadham 32 - Waktu yang sangat bernilai jangan sia-siakan waktuAlala Nadham 33 - Belajarlah! karena tidak seorangpun terlahir menjadi orang berilmuAlala Nadham 34 35 dan 36 - Merantaulah mencari keutamaanAlala Nadham 37 - Matinya seorang pemudaSimak video lalaran Nadham Alala dibawah ini Comment Policy Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui. Buka Komentar Tutup Komentar Maulidi Situbondo (Keunikan Kitab Khawash Al-Qur'an - Karya Imam Al-Ghazali)Lufaefi, Brebes (Kitab Alala Lirboyo Mengharmoniskan Adab dan Akhlak Pencari Ilmu)A. Saepul Munir, Subang (Kitab Ma Dza Fi Sya'ban Bantah Bid'ah Amalan Nisfu Sya'ban)Habibullah, Sumenep (Pelaku Bid'ah Tarawih dalam Kitab Hujjah Ahlussunah wal Jamaah)Rokhimah, Ilustrasi Kitab Alal. Foto UnsplashKitab Alala Tanalul Ilma atau Kitab Alala dipandang sebagai salah satu karya intelektual Muslim yang secara khusus membahas tentang akhlak atau etika seorang pencari ilmu. Hingga kini, Kitab Alala masih digunakan beberapa lembaga pendidikan Islam, terutama di Alala diterbitkan oleh pondok pesantren Lirboyo Kediri tanpa mencantumkan nama pengarangnya. Namun, sebagian besar syair-syair dalam Kitab Alala termuat dalam Kitab Ta’limul Muta’alim karya Imam al-Zarnuji. Kitab Alala sejatinya merupakan ringkasan tentang akhlak mencari ilmu yang berbentuk nadhom syair dan diambil dari beberapa kitab. Penggubah tiap nadhom Alala berbeda-beda, di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Imam Kholif, dan khalifah Umar bin Abdul jurnal Method of Learning Perspective of Alala Tanalul Ilma dari Imam al-Zarnuji tulisan Ahmad Busthomy MZ dan Abdul Muhid, Al-Zarnuji menyatakan bahwa latar belakang menyusun kitab tersebut karena banyak penuntut ilmu yang tidak dapat memperoleh manfaatnya, yaitu pengamalan dan hal itu disebabkan oleh kesalahan metode belajar mereka yang mengabaikan syarat-syarat dalam menuntut ilmu pengetahuan. Karena itu, kitab ini disusun sebagai panduan setiap umat agar bisa menuntut ilmu dengan Kandungan Kitab AlalaKitab Alala terdiri dari satu jilid dan delapan halaman. Keseluruhannya merupakan nadhom-nadhom Arab yang diterjemahkan dalam bahasa Jawa Salaf dan dibagi atas 37 jurnal Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Alala tulisan Isna Lutfi Rohmatin, isi kandungan Kitab Alala terbagi dalam beberapa tema. Pengelompokkan tema ini tidak didasarkan pada urutan nadhom, tetapi berdasarkan kesamaan pesan yang Syarat mencari ilmu dan metode belajarNadhom pertama dan kedua memberikan nasihat tentang beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang pencari ilmu agar memperoleh ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketaqwaan kepada Allah enam syarat yang harus dipenuhi, yakni daya ingat, kecintaan pada ilmu, kesabaran, biaya, bimbingan seorang guru, dan waktu menuntut ilmu yang cukup Cara mencari teman dan bermasyarakatDalam Kitab Alala dijelaskan bahwa memilih teman itu harus berdasarkan perilaku atau budi pekertinya. Sebab, kehadiran teman sangat berpengaruh terhadap akhlak seseorang. Jika berteman dengan orang yang baik, maka sedikit demi sedikit akan tertular kebaikannya. Sebaliknya, teman yang tidak baik akan membawa Kitab Alala. Foto Unsplash3. Keutamaan ilmu, orang yang berilmu, dan kedudukan guruKehormatan seseorang dalam Islam diperoleh lewat ilmu. Ilmulah yang mengantarkan manusia pada ridha Allah SWT dan menyelamatkan dari hal-hal yang menyimpang. Itulah alasan mengapa setiap umat Muslim wajib menghormati guru yang telah melimpahkan ilmunya, baik itu guru di sekolah maupun guru di rumah yaitu Keunggulan ilmu fiqih dan bahaya orang yang tekun ibadah tanpa ilmuIlmu fiqih adalah salah satu ilmu yang sangat penting, karena tanpa ilmu fiqih, ibadah-ibadah yang dilakukan tidak akan sah. Orang yang mengerti fiqih dapat menentukan sendiri arah jalannya sehingga tidak mudah dipengaruhi setan. Sedangkan, orang yang tidak mengerti fiqih sangat mudah terkena tipu muslihat Kerja keras, menghargai waktu, dan keutamaan merantauKitab Alala juga memberikan motivasi bahwa dalam menuntut ilmu harus mau bersusah payah dan bekerja keras. Perjuangan seseorang dalam mencari ilmu memiliki keutamaan sendiri di mata Allah SWT, terlebih bagi mereka yang merantau ke suatu tempat demi memperoleh ilmu dari Menjaga lisan, melatih nafsu, husnuzan, dan pemaafSeorang Muslim harus menjauhi ucapan yang batil, dusta, ghibah, adu domba, dan kata-kata yang kotor. Sebab, hal tersebut bisa menyebabkan permusuhan dan membawanya ke dalam neraka jahanamSelain menjaga lisan, umat Muslim diharapkan mampu melatih nafsu, berprasangka baik husnuzan, serta menghindari sifat pendendam dan menumbuhkan sifat pemaaf terhadap orang itu Kitab Alala?Siapakah penghimpun Kitab Alala?Apa saja isi kandungan Kitab Alala?
ADABORANG MENCARI ILMU (Kitab Adabul Alim wal Mutaa’lim, Karya KH Hasyim Asy’ari) By. Admin - May 12, 2021. 0. 250. Facebook. Twitter. Google+. Pinterest. WhatsApp. Ada 10 adab mencari ilmu. Membersihkan hati dari penyakit hati. Salah satu cara membersihkan hati adalah dengan cara berdzikir kepada Allah. Memperbaiki niat dalam mencari
syarat mencari ilmu dalam kitab alala merupakan pembahasan yang sudah cukup populer. Syarat mencari ilmu ini ada di nadhom kedua dari kitab alala tersebut. Berturut turut, pintar, semangat, sabar, punya biaya, ada guru, dan lamanya waktu. Ke enam tersebut merupakan syarat yang terdapat pada nadhom alala tersebut. Kiranya bagian ini sudah cukup jelas, sehingga tinggal bagaimana pelaksanaan dari para pencari ilmu untuk menerapkannya kedalam bagian mencari ilmuManfaat mencari ilmu menurut kitab alala terdapat pada nadhom ketuju dari kitab alala. pada nadhom ini disebutkan terdapat tiga manfaat yang didapat dari mencari ilmu. Manfaat yang pertama adalah dapat menjadikan pemilik ilmu lebih unggul daripada yang tidak memiliki ilmu. Selain itu, Pemilik ilmu akan mendapatkan ketaqwaan yang lebih meningkat dibandingkan sebelumnya ketika masih belum belajar. Selain itu pada nadhom ke 17, disebutkan bahwa pemilik ilmu akan hidup abadi. Maksud dari abadi adalah, namanya akan tetap ada meskipun orangnya sudah tidak lagi ada. Namanya tetap disebut sebut oleh orang lain. Hal ini sangat berbeda dengan orang bodoh. Kehidupannya dianggap tidak ada karena dianggap telah mati oleh orang إِلَى سَأْوِ الْعُلَى حَرَكَاتٍ وَلَكِنْ عَزِيزٌ فِي الرِّجَالِ ثَبَاتُlikuli ila sakwil ula kharakatun, walakin azizun firijalisemua orang menginginkan derajat yang luhur, tetapo hanya sedikit orang saja yang bersungguh sungguhkabih wong maring derajat luhur ubahe ati, tapine kedik poro rajul iku netepiاذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبُ خِيَارِهِمْ وَلَاتَصَحَّبَ الَارْدَى فَتَرَدَّى مَعَ الرُّدَىidza kunta fi qaumin fashohib khiyarahum, wala tashibil arda fatarda ma'a ridaapabila kamu bertemu sebuah kaum, maka bertemanlah orang yang bagus pada kaum tersebut, dan jangan berteman dengan orang yang kurang bagus. Sebab nantinya di surga, kamu akan diikutkan orang yang tidak bagusnalika ana siro iku wewaran kaum, mangka ngancanan sira ing bagus e kaum. lan aja esuk ngancani sira ing wangkan asor, mangka sebab den surga serto kang Mencari IlmuLalu bagaimana dengan etika dalam mencari ilmu dalam kitab alala itu? Untuk etika kepada guru tersirat pada nadhoman ke 21. Dimana pencari ilmu memiliki kewajiban untuk mendahulukan guru dibanding orang tua, apapun alasannya. Hal ini didasari karena guru merupakan seorang yang telah mendidik raga dari pencari ilmu. Selain itu, dalam nadhom kitab alala nomer 34 pencari ilmu lebih baiknya berhijrah. Berhijrah dalam artian keluar dari kota atau desa tempat tinggalnya ke daerah lain. Dengan hijrah ini beberapa manfaat bisa diperoleh oleh para pencari ilmu. berhijrah bagi para pencari ilmu memiliki manfaat tersendiri, diantaranya adalah hilangnya kesusahan, bertambahnya rizqi yang diperoleh, bertambahnya ilmu yang merupakan sumber kebahagiaan, serta makin bagusnya tata krama, dan terakhir menjadikan memiliki banyak teman yang mulia. Sesuai dengan penjelasan, bisa jadi bagi para pencari ilmu yang menetap didesanya akan berkurang kelima manfaat itu. Dan ketika telah mendapat ilmu yang dicari, lebih baiknya menghindar dari hal hal yang dapat merusak احْقِ الْحَقَّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍro aytu ahaqqul haqqi mualimu, waawjabahu hifdzan ala kulli berpendapat dengan sangat sungguh yakni keharusan bagi tiap orang untuk menunjukan hal yang benar. Dan lebih ditekadkan untuk lebih wajib memahami dijaga oleh seluruh orang islam yang ingin bisaaku wis neqadake luwih haq haqi bener, yaiku haq e wangkang nuduhake barang bener. lan luweh tak tekadke luweh wajib din rekso mungguhe kabih wong islam kepengen bisoلِقَدْحَقَ أَنْ يُهْدَى إِلَيْهِ كَرَامَةً لِتَعْلِيمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ الْفِ دِرْهَامٍlaqod haqqa ay yuhda ilaihi karamatan, lita'limi kharfi wahidin alfu dirhaminseharusnya guru harus diberi hadiah seribu dirham, dengan tujuan memulyakan karena mengajar satu huruf hingga fahamguru wis mesti dihadiahi sewu dirham, mulyaake kerana mulang huruf siji tur fahamتَغْرَبُ عَنِ الْأَوْطَانِ فِي طَلَبِ أَلْعَلَا وَسَافَرَ فَفِي الْأَسْفَارِخَمْسِ فَوَائِدًاtaghorob anil authoni fi tholabil ilmu ula, wasafir fa fil asfari khomsun dari desamu untuk memperoleh kemulyaan, karena terdapat lima perkara yang ditemukan di tempat hijrahlungo o songko deso perlu ngudi kamulyan, kerono limang perkoro den temu ing هُمْ وَاكْتِسَابُ مَعِيشَةٍ وَعِلْمٍ وَادَّابٍ وَصُحْبَةِ مَاجِدٍtafarruju hammin waktisabu maisyatin wailmun waadabun wa suhbatun majidisatu hilangnya susahdua rizqinya bertambahtiga bertambah ilmu menyebabkan bahagiaempat, makin bagusnya tata kramalima, mendapatkan teman yang mulyasiji ilange susah, loro rizqine tambah, kaping telu tambah ilmu nyebabaki bungah, kaping papat bisa baguse tata krama, kaping lima merkuleh konco kang mulyoPenutupsebab-sebab dari kerusakan ilmu menurut kitab alala adalah adanya orang alim yang tidak mengamalkan ilmu tersebut. jadi anjuran dari kitab alala ini sudah sangat lengkap dimulai dari bagaimana syarat mencari ilmu, etika dan manfaat. Hingga diakhiri dengan hal yang harus dilakukan setelah mendapatkan ilmu adalah dengan mengamalkannya. Demikian tulisan tentang etika manfaat dan syarat mencari ilmu di kitab alala kami akhiri. Beberapa penulisan berupa harakat, translasi, dan transliterasi ke bahasa indonesia belum lah sempurna. Oleh karena itu kami mohon maaf atas kelalaian kami tersebut. Kiranya Anda dapat membenarkan lewat halaman kontak di website Yuk share linknya!
Danpara ulama juga membuat kitab-kitab dan bab tersendiri tentang adab menuntut ilmu. Adab dalam menuntut ilmu juga sesuatu yang mesti diamalkan tidak hanya diilmui. Sehingga perkara ini mencakup ilmu dan amal. “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak

PARA ulama selalu menekankan masalah adab dalam mencari ilmu. Karena yang menjadikan ilmu itu bermanfaat dan berkah adalah bila disertai dengan akhlak dari para penuntut ilmu. Saya ingin mengungkapkan kata-kata Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah, seorang ulama salaf terkemuka, seorang tabi tabi’in yang hidup sebelum masa Imam Al-Syafi’i rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa ada enam tata krama mencari ilmu; Pertama Ikhlas, Kedua Mendengar dengan baik, Ketiga Memahami, Keempat Menulis, Kelima Beramal dengan ilmu dan Keenam Mengajarkan ilmu kepada orang lain. Sulitnya Menjaga Ikhlas Betapa banyak manusia saat ini yang menghadiri majelis ilmu, menuntut ilmu agama dalam keadaan tidak ikhlas. Entah itu hanya ingin mengisi waktu luang, atau ingin mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang, atau mengincar imbalan tertentu, penghargaan tertentu, ingin dilihat dan dikagumi oleh sebagian manusia, dan sebagainya. Tidak sedikit kita saksikan tokoh dai menyampaikan ilmu di mimbar, di kanal Youtube menyerang atau sekurang-kurang ada motif meremehkan lainya. Sesungguhnya materinya baik, namun disajikan dengan cara tidak baik, maka ilmu itu tidak sampai, kecuali hanya untuk gagah-gagahan, atau bahan debat dan berbantah-bantahan. Allah SWT dan Rasulullah ﷺ memarahi ibadah tanpa disertai keikhlasan. Ikhlas adalah perintah Allah SWT. Mempelajari ilmu agama adalah fardu ain yang wajib bagi setiap individu muslim. Rasulullah ﷺ bersabda طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” HR Ibnu Majah no. 224 Ketika petunjuk ini datang dari Nabi ﷺ , maka mengerjakannya adalah ibadah, dan setiap ibadah harus dibangun di atas keikhlasan. Jika kita hanya mencari ilmu untuk mengisi waktu luang kita, kita tidak mendapatkan pahala apapun. Menuntut ilmu adalah ibadah, dan setiap ibadah dibangun dengan ikhlas dan mengikuti Nabi ﷺ Allah SWT berfirman وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ “Kamu tidak diperintahkan untuk beribadah kepada Allah kecuali dengan ikhlas.” QS Al-Bayyinah 5 Nabi ﷺ meriwayatkan tentang keikhlasan dalam sebuah hadits yang terkenal إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيِهِ “Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap manusia tergantung niatnya. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, barang siapa hijrah karena dunianya atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya itulah yang dia niatkan.” HR Bukhari dan Muslim Imam Al-Syafi’i ketika melihat hadits ini berkata, “Hadits ini termasuk dalam 70 cabang cabang ilmu.” Hadits ini cukup bermakna bagi yang paham tentang keikhlasan. Imam Al-Bukhari menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Imam Al-Nawawi dalam kitab Riyadhus Solihin menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Al-Azkaar beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Dalam kitab Hadits 40, beliau menempatkan hadits ini sebagai hadits pertama. Hal ini menunjukkan bagaimana para ulama dulu ketika hendak menulis, mereka mengingatkan diri pada keikhlasan, niat. Hal ini juga menunjukkan betapa niat yang tulus harus ada dalam setiap amalan ibadah yang akan dilakukan. Jadi kita perlu melihat niat dengan serius. Karena niat manusia mendapat pahala, karena niat manusia mendapat dosa. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang menceritakan tentang tiga golongan manusia yang di dunia dimuliakan oleh masyarakat. Kelompok pertama adalah orang yang jatuh di medan perang. Dia dipanggil dan ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, dan bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan dengan bantuan itu. Maka dia berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku telah berjuang di jalan-Mu sampai aku jatuh di medan perang’. Kemudian Tuhan berkata, Kamu telah berbohong. Sebaliknya Anda berjuang untuk dikatakan sebagai pria pemberani, dan Anda telah dikatakan demikian’. Maka ia diseret dengan mukanya, lalu dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok kedua adalah orang-orang yang mencari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Dia dipanggil, kemudian ditunjukkan kepadanya nikmat yang telah diberikan kepadanya, kemudian dia ditanya tentang hal itu. Dia berkata, Sesungguhnya aku telah menuntut ilmu dan mengajarkannya untuk-Mu ya Allah, dan aku telah membacakan Al-Qur’an untuk-Mu ya Allah.’ Kemudian dikatakan kepadanya, Engkau bohong. Kamu menuntut ilmu agar kamu dikatakan orang yang shaleh, dan kamu membaca Al-Qur’an agar kamu dikatakan qari’, dan kamu telah dikatakan demikian oleh orang-orang.’ Maka dia diseret dengan mukanya. di tanah dan dilemparkan ke dalam api Neraka. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang telah dilimpahkan kepadanya oleh Allah dengan memberikan segala bentuk harta kepadanya. Mereka dipanggil dan ditunjukkan nikmat yang telah diberikan, dan ditanya apa yang telah dilakukan dengan nikmat itu. Mereka menjawab, Sungguh, tidak ada cara bagiku untuk menafkahkan karena-Mu, ya Allah, tetapi aku telah menafkahkan dengan cara itu.’ Allah berfirman, Engkau berbohong. Engkau memiliki infaq hanya agar dikatakan oleh manusia sebagai orang yang dermawan, dan engkau telah dikatakan demikian oleh manusia.*/ Fathul Bari Mat Jahya

Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Sesungguhnya Rabbmu mengetahui apa yang tersimpan dalam hatimu, semua yang di ucapkan oleh lisanmu dan melihat seluruh perbuatanmu, Karena itu bertaqwalah pada Allah Yang Maha Agung.

TABIRDAKWAH - Ilmu dalam Agama Islam memiliki kedudukan yang sangat penting sekali, bahkan hukum mencari Ilmu bagi muslim dan muslimah sangat wajib sekali faridhoh dan ada syarat khusus yang musti disiapkan untuk bekal mencari ilmu dan hasilnya bisa maksimal, yang akan kita ulas dengan judul Ada 6 Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala, baca sampai selesai ya..6 Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala Yang Harus Diketahui Kitab Alala ini sangat masyhur sekali dan pasti yang dulu atau sekarang sedang belajar di pesantren salaf pasti sudah tidak asing lagi, karena biasanya kitab ala la ini diajarkan kepada santri di awal2 mereka mondok di ponpes atau pondok pesantren salaf ahlussunah wal jamaah Kitab alala ini membahas banyak hal salah satunya adalah tata cara mencari ilmu syarat selain kitab ta'lim muta'alim, yang akan kita ulas di bawah ini tentunya dari sumber dan rujukan yang biasa digunakan dan masyhur digunakan Kutab alala ini sangat mudah dimengerti dan dihafalkan, karena berisikan teks arab beserta arti namum biasanya bahasa Jawa dengan model nadhom yang disyairkan akan mudah sekali diingat oleh para santri, dan sangat enak sekali didengar dan dilantunkannya Banyak yang bertanya, syarat mencari ilmu itu apa saja? maka jawabannya ada pada kitab buku alalaa ini, mari kita baca bersama-sama sampai akhir Ada 6 Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala Syarat-syarat mencari ilmu dalam syiir nadhom kitab alalaa teks asli bahasa Arab yaitu اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ Arti bahasa Jawa boso Jowo Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala yaitu ELINGO DAK KASIL ILMU ANGING NEM PERKORO. BAKAL TAK CERITAAKE KUMPULE KANTI PERTEO. RUPANE LIMPAT LOBA SOBAR ONO SANGUNE. LAN PIWULANGE GURU LAN SING SUWE MANGSANE Artinya bahasa Indonesia Syarat2 Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala yaitu Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6[enam] syarat, yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz dan waktu yang lama Keterangan Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala yaitu Ilmu yang manfaaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah subhanahu wataala,ilmu yang adalah nur ilahi yang hanya diperuntukkan bagi hamba-hambanya yang soleh, ilmu manfaat inilah yang tidak mungkin bisa di dapatkan kecuali dengan adanya 6 syarat yang harus di lengkapi para pencarinya, adapaun 6 syarat tersebut adalah 1. Memiliki Cerdas artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali, asal akalnya mampu menangkap ilmu maka berarti sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang gila atau orang yang ideot yang memang akalnya sudah tidak bisa menerima ilmu maka sulitlah mereka mendapatkan ilmu manfaat, namun perlu di ingat bahwa kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak bisa meningkat,kalau menurut orang-orang tua, akal kita adalah laksana pedang,semakin sering di asah dan di pergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam,adapun bila di diamkan maka akan karatan dan tumpul,begitupula akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji dan mengamalkannya, maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila di biarkan atau tidak digunakan maka tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga. 2. Punya Semangat Tinggi artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa,ilmu apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa di dapatkan,oleh karenanya banyak orang mencari ilmu tapi yang berhasil sangat sedikit di banding yang tidak berhasil,kenapa?..karena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin di hafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal,padahal apa yang di hafal kemarin masih berhubungan dengan pelajaran hari ini, ahirnya pelajaran hari inipun berantakan karena hilangnya pelajaran kemarin,maka tanpa kesemangatan dan ketekunan sangat sulit kita mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan dalam tolabulilmi. Dalam bahasa Jawa Ngelmu itu angel Yen durung ketemu Ilmu itu sulit bila belum dibukakan jalannya 3. Harus Sabar artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang di kehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan,maka syetan sangat bernafsu sekali menggoda pelajar agar gagal dalam pelajarannya,digodanya mereka dengan suka pada lawan jenis,dengan kemelaratan,dan lain-lain . Dalam hal ini sabar atau punya adab yang tinggi mempengaruhi masuknya ilmu atau tidak 4. Ada Biaya Cukup artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan di faham harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang sangfat fakir,imam syafi’i adalah seorang yatim yang papa, dan banyak lagi kasus contohnya,biaya disini bisa dengan mencari sambil khidmah atau bekerja yang tidak mengganggu belajar. Kalau jaman dahulu jaman sekarang juga kadang masih ada biaya atau ongkos mendapatkan ilmu itu dengan berbakti kepada gurunya. Jadi apapun yang diperintahkan gurunya harus dilaksanakan sebagai ganti ongkos untuk mendapatkan ilmu dan keridhaan seorang guru. 5. Petunjuk ustadz Guru artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa di cari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah [ saya tidak tahu apakah ini hadis atau sekedar kata-kata ulama] barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah لقال من قال بماشاء السند لولا andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya. Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur’an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan kepada para tabi’in, lalu para tabi’in menyampaikan pada tabi’i at-tabi’in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta’akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta’ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan,.Kalau guru sudah ridho kepada muridnya, maka murid tersebut sudah mendapatkan sanad dari gurunya, gurunya mendapatkan sanad dari gurunya lagi dan itu berlanjut sampai sanadnya kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW 6. Waktu yang Lama artinya orang belajar perlu waktu yang lama,lama disini bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar. Waktu yang lama itu ibarat melobangi batu atau memahat batu dengan air. Ini memerlukan waktu yang sangat lama. Tetapi ini akan bertahan selama ratusan bahkan ribuan tahun Beda halnya bila kita melukis dalam air. Ini memerlukan waktu yang sangat singkat dan sangat mudah sekali dilakukan tetapi hanya bertahan dalam hitungan detik Nah, itulah penjelasan tentang Ada 6 Syarat Mencari Ilmu Dalam Kitab Alala yang dapat kita sajikan untuk anda semua, semoga bermanfaat

Qowaidalfiqh 1-10. Sabda Rasulullah SAW. : “Segala sesuatu tergantung pada niatnya, dan apa yang didapatkan ialah apa yang telah. diniatkan.” (HR. Bukhari). Segala sesuatu tergantung pada tujuannya. Diwajibkannya niat dalam berwudhu, mandi, shalat dan puasa. Penggunaan kata kiasan (kinayah) dalam talak.
Berikutini beberapa adab dalam mencari ilmu dalam syair-syair Imam Syafi’i yang dikutip dari Kitab Diwân al-Imâm al-Syâfi’i karya Muhammad Abdurrahim (Beirut:Dar al-Fikr, 1995). Ikhlas Karena Allah: “Siapa menuntut ilmu untuk meraih kebahagiaan negeri akhirat; ia kan beruntung meraih kemuliaan dari Allah yang Maha Pemberi Petunjuk

Dalamsalah satu syair dalam kitab “Alala Tanalul Ilmu ” dijelaskan, “Pergilah kalian dari desa untuk mencari kemuliaan, karena dari perjalanan atau merantau kita bisa menemukan lima perkara; menghilangkan kesusahan, menambah rezeki, menambah ilmu, memperbaiki akhlak dan mendapat teman-teman yang baik.”

EFBbyqX.
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/636
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/971
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/261
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/461
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/8
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/528
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/437
  • 29hd1qo5zq.pages.dev/924
  • adab mencari ilmu dalam kitab alala