Nyai Hannah Zamzami Lirboyo adalah istri dari KH. Hasan Syukri Zamzami Mahrus Lirboyo. Beliau mengasuh pesantren Putri Al-Baqarah yang terfokus pada pemahaman Al-Quran, pelatihan baca Al-Quran yang baik, dan pengajian kitab. Belakangan ini, rekaman video beliau saat murajaah Al-Quran bersama putrinya, Ning Sheila Hasina, sering menjadi viral di berbagai platform digital. Selain itu, nasihat atau dawuh beliau juga sering tersebar di media sosial. Nyai Nur Hannah adalah putri Kiai Abdul Ghoffar dari Madura, yang nasabnya sampai kepada Syaikhuna Kholil Bangkalan. Dari sisi ibu, beliau adalah putri Nyai Durrotun Nafisah, anak Nyai Fatimah, putri dari Kiai Ma’shoem Lasem. Silsilah Keluarga Bu Nyai Hannah Zamzami Lirboyo KH. ABDUL KARIM* X NYAI DLOMROH* 1. Nyai Hannah* X KH. Abdulloh* 1. H Ahmad Hafidz* 2. Hj. Fatimah 3. Hindun* 4. Sholihah* 5. Qonitah* 2. Nawawi * 3. Nyai Hj. Salamah* X KH. Mansur Anwar* 1. Hj. Badriyah* 2. Hj. Siti Nadziroh 3. HM. Anwar Mansur 4. Hj. Arifatul Khoir 5. H. Abdul Aziz 6. Hj. Aisyah 7. Hj. Karimah 8. H. Abdul Karim 9. Hj. Sholihah 10. Hj. Faridatul Wasimah 4. Abdulloh* 5. Nyai Hj. Aisyah* X KH. Jauhari* 1. Mahfudz* 2. Karomah* 4. Munawaroh* 5. HM. Ma’sum* 6. Nyai Maryam* X KH. Marzuqi Dahlan* 1. Hj. Ruqoyyah 2. H. Ahmad Idris 3. Hj. Salimah 4. Hj. Muslihah 5. Hj. Husnul Khotimah 6. H. Moh. Thohir 7. Hj. Malihah 8. H. Moh. Bahrul Ulum 9. Mohammad Ahlish 7. Nyai Hj. Zainab* X KH. Mahrus Aly* 1. Khodijah* 2. Fatimah* 3. Hj. Umi Kultsum* 4. Ali Sholih* 5. Maulana* 6. Yahya 7. Hj. Ummu Aiman 8. Nihayah* 9. Abu Ma’mar* 10. M. Harun Musthofa* 11. Luqman Hakim* 12. H. Abdulloh Kafabihi X Hj. Azzah Nur LAila 13. H. Hasan Syukri Zamzami 14. H. An’im Falahudduin 8. Nyai Hj. Qomariyah* X KH. Zaini 1. Moh. Sholeh* 2. Thoha Widodo* 3. 4. A. Hasan KH. Marzuqi Dahlan* Hasyim* Kelulusan Penghafal Al-Qur’an Pesantren Al-Baqoroh Dikutip dari membaca Al-Quran akan membantu kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Inilah yang dirasakan oleh Rabiah Adawiyah. Suatu hari, ia membuat sebuah lubang di tanah dengan ukuran yang telah disesuaikan, lalu masuk ke dalamnya dan berdiam di sana selama seminggu. Agar lebih mengingatkan dirinya akan kematian, ia membaca Al-Quran hingga dua belas kali khatam. Agus H. Reza Ahmad Zahid menyampaikan cerita ini kepada para tamu undangan saat menjadi penceramah di acara Haul & Tasyakur Khotaman ke-IV di Pondok Pesantren Putri Al-Baqoroh P3 Al-Baqoroh pada Kamis pagi 28/04. Mengingat bahwa kematian adalah suatu proses yang membantu manusia untuk bertaubat, taat, dan sabar, maka Abdurrahman al Muhdlor mengulangi apa yang dilakukan Rabiah. Ia membaca Al-Quran sebanyak 42 kali khatam dalam jumlah hari yang sama. Semakin tua zaman, semakin sedikit orang yang membaca Al-Quran secara teratur. “Dari Banyuwangi sampai Ngawi, jumlah orang yang hafal Al-Quran hanya tujuh ribu orang,” kata Gus Reza, sapaan akrabnya, berdasarkan data yang dimiliki oleh RMI Rabithah Ma’ahid Islamiyah Jawa Timur yang saat ini dipimpinnya. Sebelum mauidhoh hasanah, para khotimaat santri putri yang telah mengkhatamkan Al-Quran maju ke panggung satu per satu. Ibu Nyai Hj. Nur Hannah, istri dari KH. Ahmad Hasan Syukri Zamzami Mahrus, memberikan piagam penghargaan kepada mereka. Secara keseluruhan, ada 27 santri yang berfoto bersama kedua pengasuh. Mereka terdiri dari delapan belas Khotimaat bil Ghoib, dan sembilan Khotimaat bin Nadhor. Kiai Zamzami menyebutkan empat hal yang membuat seseorang bernilai mahal. Ilmu, adab, jujur, dan amanah. “Orang yang hafal Al-Quran berbeda dengan yang tidak hafal. Istri saya hafal Al-Quran, maka ia mahal. Saya yang tidak hafal Al-Quran, ya murah. Kalau saya hafal Al-Quran, nanti istri saya banyak bicara,” kata beliau, yang segera disambut tawa oleh hadirin. “Empat-empatnya ini insya allah sudah diajarkan di pesantren,” lanjut beliau. Maka menjadi santri adalah proses menempa diri sehingga menjadi manusia yang berkualitas dan berkelas. Mereka yang menjadi khatimaat memiliki tugas berat, yaitu menjaga Al-Quran dari mulut orang-orang yang dzalim القرأن في جوف الظالم, seperti mereka yang menafsirkan Al-Quran sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Al-Quran adalah intisari dari segala sesuatu. Ia seperti obat yang mampu menyembuhkan semua penyakit. Untuk meminumnya, dibutuhkan seorang dokter yang tahu dosis dan takaran yang tepat. Tidak boleh sembarangan. Dokter Al-Quran adalah ulama yang merumuskan resep-resep tersebut melalui kutubus salaf kitab-kitab yang ditulis oleh ulama terdahulu yang telah teruji kebenarannya. Kitab-kitab ini telah teruji dalam berbagai keadaan, ruang, dan zaman, sehingga haram menafikannya dengan sembarangan. Nasihat dan Dawuh Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Suami berilmu atau tidak dia adalah imammu yang harus kau taati selagi perkara ma’ruf. Suamimu, romantis atau tidak dia adalah ayah dari anakmu. Ini bukan tentang kenapa harus taat kepada suami, tapi lebih dari itu, siapa yang memerintahkan istri harus taat pada suaminya. Sehebat apapun ibadahnya jika istri durhaka pada suami, maka surga bukanlah tempat baginya kelak. Naudzubillah Min Dzaalik.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Yen pengen duwe anak seng sholih/ sholihah, ibune kudu sholihah riyen, di antarane tiyang estri seng sholihah niku tiyang estri ingkang qonaah, langkung-langkung dateng masalah ekonomi keluarga.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Kalau pengen punya anak yang sholih/ sholihah, ibunya harus sholihah terlebih dahulu, di antara istri yang sholihah itu adalah istri yang qonaah menerima, terlebih di dalam masalah ekonomi keluarga.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Melangkahlah walaupun pelan, jangan berdiam diri saja, karena dengan melangkah walaupun pelan kamu akan sampai pada tujuan.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Yen tiyang estri sedang hamil, maka seng kudu akeh tirakate sang suami, kerono wong wedok hamil iku wes rekoso, menawi anake sampun lahir sampe sak matine niku seng kudu akeh tirakate ibune, lan seng mandi dungane yo ibune, nah supoyo ibune tenanan leh ndungakne anak-anake, maka suami bapaknya anak-anak kudu nggawe sang ibu seneng’.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Jika istri sedang hamil, maka yang harus banyak tirakat adalah sang suami, karena istri yang sedang hamil itu sudah berat. Ketika sudah lahir sampai meninggalnya si anak, ibunya yang harus banyak tirakat, dan yang do’anya mustajab adalah dari ibu, makanya supaya ibunya sungguh-sungguh dalam mendo’akan anaknya, maka suami harus membuat hati istrinya senang’.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Hidup itu harus bisa berintraksi sosial terhadap para kerabat, dan masyarakat. Karena jalan untuk menuju hablum minalloh harus melalui jalan hablum minannas.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Ati-ati karo dungo kanggo wong liyo, saben-saben kalimat dungo seng ditujuaken kanggo wong liyo, malaikat ugo nderek ngamini tur ngendikan, Begitu pula bagimu’, mulane dungo apik kanggo wong liyo iku podo karo dongo kanggo awake dewe, dan begitu pula sebaliknya.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Hati-hati dalam mendo’akan orang lain, setiap kalimat do’a yang ditunjukan kepada orang lain, malaikat ikut mengamini sambil berucap, Begitu pula bagimu’, makanya berdo’alah yang baik-baik untuk orang lain, maka pada hakikatnya juga do’a untuk diri kita sendiri, begitu pula sebaiknya.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Masihkah hatimu resah? Masihkah harimu tak tentram? JIka lantunan ayat Al-Qur’an dan shalawat tak menyentuh hati, maka ada yang tak beres di hati kita.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Jangan meng-kambing-hitam-kan pekerjaan rumah tangga sebagai alasan tidak punya kesempatan untuk murojaah.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Ojo wedi ora lanyah, nanging wedi yen ora nderes. Pokok gelem nderes yo insyaAllah lanyah.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Jangan takut tidak lancar, tapi takutlah kalau tidak bisa nderes. Pokok mau nderes insyaAllah akan lancar.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Urip iku seng penting ora ngelaraake marang liyane, yen saget yo maringi manfaat nang wong liyo.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Hidup ini yang penting jangan menyakiti orang lain, jika bisa ya memberikan manfaat kepada orang lain.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Bacalah Qur’an hatimu akan bahagia, seberapa banyak membacanya? Sebanyak itu kita akan bahagia, jika tak bisa merasakannya? Koreksi kualitas bacaan kita, hadirkah hatinya?.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami “Urip iku kudu isor serawungan karo sedulur, karo masyarakat. Kerono kanggo menuju hablum minalloh kudu melalui hablum minannas.” – Ibu Nyai Hj. Nur Hannah Zamzami Pencarian terkait Nyai Hannah, Nyai, Nyai Hannah Zamzami MP3, Bu Nyai Hannah Zamzami Lirboyo, Bipgrafi Nyai Hannah Zamzami, Bu Nyai Hannah, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 1, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 2, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 3, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 4, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 5, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 6, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 7, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 8, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 9, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 10, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 11, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 12, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 13, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 14, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 15, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 16, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 17, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 18, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 19, Bu nyai Hannah Zamzami Jiz 20
- Օթէς հ
- Е ሐуժոሲ свե
- Ραсупεб ጿеթጵ ужխглага
- Вуቻозоፕኺн ωπихрևчи
- Еዣ щ щεχакуζе иσож
- Йኂፄуκю α ሩнерιቢоպуб
PondokPesantren Putra-Putri Al-Baqorohberdiri bisa dikatakan punya dua kaitan. Pertama, ketika hendak mendirikan rumah yang sekarang beliau tempati ini, KH. Hasan Zamzami Mahrus diijazahi oleh abah beliau, KH. Mahrus Ali, untuk sering-sering mewiridkan surat Al-Baqoroh ketika mendirikan rumah nanti dan melanggengkan mengamalkannya.
Mei 15, 2022 510 pm 5 Menit Membaca Oleh Ahmad Ali Adhim KH. Ahmad Hasan Syukri Zamzami Mahrus adalah salah satu putra Al-Magfurlah KH. Mahrus Ali Lirboyo. Diantara saudara beliau adalah KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, KH. An’im Falahuddin Mahrus yang merupakan penerus dari Mbah Kiai Mahrus Ali Lirboyo. KH. Hasan Syukri Zamzami Mahrus merupakan Suami Bu Nyai Hannah Zamzami Lirboyo, beliau berdua mengasuh pesantren Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Baqoroh yang berlokasi di Jl. KH. Abd Karim, Lirboyo, Kec. Mojoroto, Kediri, Jawa Timur. Putrinya yang bernama Ning Sheila Hasina menikah dengan Gus Ahmad Kafa. Pondok Pesantren Al-Baqoroh Awal didirikannya Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Baqarah bisa dikatakan punya dua kaitan. Pertama, ketika hendak mendirikan rumah yang sekarang beliau tempati ini, KH. Hasan Zamzami Mahrus diijazahi oleh abah beliau, KH. Mahrus Ali, untuk sering-sering mewiridkan surat Al-Baqarah ketika mendirikan rumah nanti dan melanggengkan mengamalkannya. Kedua, selain dari alasan yang pertama tadi, beliau juga dinasihati untuk memelihara sapi perah, dan beliaupun memulainya sekitar tahun 1996 M. hingga saat ini. Ketika itu hanya ada beberapa santri yang ikut mengabdi pada beliau, hingga kemudian peternakan sapi beliau bertambah dan semakin bertambah pula santri putra dan santri putri yang ikut mengabdi kepada beliau hingga berjumlah sekitar 60-an orang. Sampai pada jumlah sebanyak itu, Pondok Pesantren Putra-Putri Al-Baqarah belum resmi berdiri karena jumlah semua santri yang ikut beliau berstatus sebagi Khadim. Hingga pada tahun 2004 M, perwakilan dari santri Pati dan Kudus yang berdomisili di Asrama Pondok Induk Lirboyo sowan untuk meminta izin mendirikan asrama di belakang ndalem beliau karena di Pondok Induk belum ada asrama resmi untuk santri Pati dan Kudus, dan beliaupun memberikan izin. Pada tahun itu juga pembangunan asrama mulai dibangun dan jumlah santripun mulai bertambah. Sebagai permulaan, kepengurusanpun segera dibentuk dan mulai resmi menjadi Pondok Unit pada tahun 2011 M/1432 H.[1] Profil Pondok Pesantren Haji Mahrus Pondok Pesantren Lirboyo Haji Mahrus PPHM merupakan satu di antara beberapa pondok unit yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Lirboyo. Pondok unit ini terletak sekitar 100 meter sebelah timur Pondok Induk. Tepatnya pada tahun 1952 M. pondok ini didirikan oleh KH. Mahrus Aly, ketika itu kondisi stabilitas nasional sedang diganggu oleh kaum komunis. Awal-mulanya, sang pendiri KH. Mahrus Aly tidak bermaksud mendirikan pondok. Hanya secara kebetulan KH. Mahrus Aly diberi lahan oleh KH. Abdul Karim untuk membuat rumah sekaligus majelis taklim sebagai sarana mangajarkan atau membacakan kitab-kitab kepada para santri. Kemudian di sebelah utara dari majelis taklim dibuat sebuah kamar yang sangat sederhana berukuran lebar 2×4 m, sekedar sebuah tempat istirahat bagi santri yang sehari-harinya menjadi khadim beliau. Pada tahun 1956 M, kamar yang disediakan tidak memadai untuk menampung khodim yang telah mencapai 20 orang. Sehingga beliau dengan para santri kemudian membangun tiga kamar sederhana yang kemudian dikenal dengan nama HM. Pada tahun 1958, dibentuk pula kepengurusan pondok HM yang berada di bawah naungan kepengurusan Pondok Induk. Bersamaan dengan renovasi ndalem KH. Mahrus Aly, dibangun juga asrama baru dengan dana murni dari swadaya santri yang terdiri dari 4 kamar dan selesai dibangun pada tahun 1959 M. Semenjak itu, atas restu beliau, status pondok pesantren HM diresmikan menjadi Pondok Unit Lirboyo. Kemudian pada tahun 1960, satu unit ruang tamu, dan 4 ruang kamar santri berhasil disempurnakan pembangunannya. Pada era ini pula, KH. Mahrus Aly merubah status musholla HM menjadi masjid sebagai tempat i’tikaf yang sah, meski bukan masjid Jami’ untuk sholat Jum’at. Pasca kepergian KH. Mahrus Aly pada tanggal 06 Ramadlan 1405/ 26 Mei 1985, kepemimpinan Pondok Unit HM dilanjutkan oleh putra-putra beliau, yaitu KH. Imam Yahya Mahrus, K. Harun Musthofa SE, KH. Abdullah Kafabihi Mahrus, KH. Zamzami Mahrus dan KH. An’im Falahuddin Mahrus. Waktu itu, di antara putra-putra Mbah Mahrus yang lebih berperan aktif dalam mengurusi pondok pesantren HM adalah KH. Imam Yahya Mahrus mengingat KH. Imam Yahya merupakan putra terbesar. Setelah kurang lebih selama tiga tahun KH. Imam Yahya Mahrus mengurusi Pondok Pesantren HM, beliau mempunyai inisiatif untuk membangun Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah. Sedangkan untuk saat ini, PPHM diasuh oleh putra Al-Magfurlah KH. Mahrus Aly di antaranya; Romo KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, KH. Ahmad Hasan Syukri Zamzami Mahrus, KH. An’im Falahuddin Mahrus. Pada tahun 2005, atas inisiatif beliau KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, dengan sedikit renovasi dilakukan pengalih-fungsian satu unit asrama santri yaitu asrama al-Ukhuwwah menjadi ruang tamu dan memindahkan santri yang bermikum di asrama tersebut ke asrama baru yang diberi nama al-Musthofa. Perlu diketahui bahwa pembentukan dan pembagian asrama disamping sebagai tempat hunian santri, asrama juga berfungsi agar para santri lebih mudah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan. Dan pada tahun 2014, dikarenakan semakin banyaknya jumlah santri serta telah selesainya tahap pembangunan ruangan di atas asrama al-Musthofa, maka ruangan lantai II Musholla PPHM yang awalnya merupakan asrama an-Nidzomiyyah, dialih-fungsikan menjadi aula yang digunakan untuk kegiatan berjama’ah, sekaligus ruang belajar. Sedangkan untuk asrama an-Nidzomiyyah yang pada awalnya berada di atas Musholla, dipindahkan ke asrama yang berada di atas asrama al-Musthofa dan berganti nama menjadi asrama az-Zamzamiyyah. Pada tanggal 02 Syawal 1439 H. diresmikan asrama baru yang diberi nama al-Aziziyyah yang terdiri dari 4 kamar santri yang bertempat di gedung atas kamar mandi umum gedung al-Musthofa. [1] [2]
Pertama ketika hendak mendirikan rumah yang sekarang beliau tempati ini, KH. Hasan Zamzami Mahrus diijazahi oleh Ibu Nyai Umi kultsum dari Abah beliau, KH. Mahrus Ali, untuk sering-sering mewiridkan surat Al-Baqoroh ketika mendirikan rumah nanti dan melanggengkan mengamalkannya oleh sebab itu sebagai tafa'ulan dipilihkan kata "Al-baqoroh".
bBoa.